Sunday, September 17, 2017

KARIA ANAK DESA DALAM CERITA PEMIKIRANNYA

    Pagi menjelang siang, Ben berjalan kesebuah kampus yang membuatnya tak berhenti membuatnya kagum dengan gedung-gedung dan melihat banyak mahasiswa lagi duduk membuat bundaran yang belum dia paham orang-orang itu sedang melakukan kegiatan apa di bawah pohon di taman kampus, namun dengan bejalannya waktu, akhirnya dia paham, ternyata bundaran-bundaran yang di buat oleh mahasiswa itu yang jumlahnya cukup banyak disebut diskusi.

Ben mendaftar di fakultas Hukum, alasannya cukup jelas supaya dia bisa membuat kebijakan-kebijakan yang selama ini menurutnya hanya menguntungkan sebelah pihak, dari sanalah timbul keinginannya mendaftar di fakultas Hukum.

Keinginannya masuk difakultas Hukum tidak terlalu sulit, keinginannya pun masuk disebuah fakultas Hukum yang diinginkannya pun tercapai.Beberapa hari setelahnya, Ben pun sudah terdaftar menjadi mahasiswa disalah satu Universitas ternama di Jakarta.

Hatinya pun dak dik duk tak karuan, setelah di terima disalah satu perguruan tinggi di salah satu Universitas yang ada di Jakarta dia masih akan menjalani beberapa hal sebagai mahasiwa baru yaitu ospek. Ben pun tidak terlalu kualahan dalam menjalani ospek tersebut, dikarenakan ada teman lamanya yang ikut menjadi seniornya, yang tidak jarang beberapa kali diselamatkan ketika dia akan mendapat hukuman seperti beberapa temannya.

Hari terus berganti, Ben menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa pada umumnya, dia pun ikut aktif dalam berbagai diskusi yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam sebuah Organisasi, dan menuntunnya untuk ikut serta bergambung dalam organisasi tersebut.Banyak pengalaman yang dia dapatkan, dari berbagai macam diskusi yang diadakan di kampus maupun diluar kampus, dan tak jarang dia pun sering ikut aksi atau turun kejalan menyuarakan aspirasi atau menolak beberapa kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.

Namanya pun cukup terkenal di lingkungan mahasiswa dan aktivis, yang tidak jarang dia diundang menjadi pembicara di berbagai diskusi yang diadakan oleh para mahasiswa, baik internal maupun eksternal. Dia termasuk mahasiswa yang cukup disegani beberapa temannya, bukan karena dia kuat atau hal lainnya, melainkan karena keintelektualnya yang cukup berwawasan.

Tak disangka-sangka wanita yang dikiranya pendiam itu tiba-tiba angkat bicara, dan itu menambah decak kagum kepada sang pemilik karya. Cantik dan cerdas, siapa yang tidak mau dengan wanita yang seperti itu, hanya laki-laki yang tidak ingin merubah keturunan serta laki-laki yang tidak suka akan keindahan itu yang tidak akan tergoda olehnya, namun tidak dengan Ben, pikiranya dibuat teracak atas kehadirannya. Pada akhirnya dia tersadar, Ben, kamu ini hanya lelaki desa yang tidak lain hanya datang menuntut ilmu disini, masa depan kamu saja belum jelas, jangan bermimpi bisa mendapatkan cinta seorang gadis bermata biru itu, laki-laki yang mapan dan yang jelas masa depannya saja belum tentu bisa mendapatkan cintanya, apa lagi kamu yang hanya mengandalkan idialisme kamu, sudahlah jangan bermimpi terlalu tinggi, kamu tidak pantas untuknya. Hati dan pikirannya pun seperti berbisik tak karuan, yang membuatnya tidak lagi melirik wanita itu.

Diskusi pun berakhir. Ben beserta rombongan dan teman-temannya siap untuk pulang, namun dalam perjalan Ben masih saja memikirkan perempuan itu, entah apa yang membuatnya selalu memikirkannya, tidak seperti biasa, dia hanya terdiam sembari senyum sendiri, yang kebetulan dia duduk dibangku depan bersama Reza yang lagi menyetir mobilnya.

Tak lama kemudian, teman-temannya yang yang melihat tingkah Ben yang tak biasa hanya bisa saling lirik dibangku belakang, karena tidak biasa Ben bertingkah seperti itu. Namun kejailan dari teman-temannya yang mengagetkannya membuat Ben teriak kekagetan sambil mengucapkan “siapa perempuan itu” yang tidak sadar dia ucapkan karena kejailan dari teman-temannya. Yang membuatnya cukup malu dan seisi mobil itu pun tertawa terbahak-bahak mendengar kata yang terlontar dari mulut Ben.

Hahaha, bro aktivis rupanya lagi jatuh cinta nih kata Leno dengan bahasa khas Medanya yang semakin membuatnya malu dan terus-terusan dibuli dalam perjalanan pulang.

Ben, kau ini jatuh cinta sama siapa rupanya, ceritalah sama awak, kalau soal wanita, awaklah jagonya, Leno mencoba menggoda.

Wah, si tulang rupanya mau jadi guru cinta nih kata Ary yang menirukan logat medannya. Tapi awak tak percaya kalau si tulang kita ini bisa jadi guru cinta, soalnya sampai sekarang dia pun masih jomblo, hahaha, tertawa pun tak terelakkan.

Leno yang ngerasa tersindir terus-terusan membela diri dengan berbagai bermacam alasan, kau belum tau saja kalau awak di kampung itu jadi perimadona kaum wanita, hahaha
malam itu pun menjadi ramai dengan obrolan yang tak jelas itu.

HARI-HARI BERSEJARAH DALAM HIDUP

      Pagi itu, Ben dan beberapa rekannya lagi menikmati kopi ditempat biasa mereka berkumpul, tak lama kemudian, terdengar hanpone berdering ditengah keseunyian yang lagi membelengguu mereka saat itu, karena ada sesuatu hal yang sudah terjadi sore itu, sesuatu hal yang tak akan pernah terlupakan oleh beberapa rekan-rekan Ben dengan begitu saja. Kebijakan rektor kampus yang mereka lawan ternyata membuat beberapa aktivis ini akan di DO dari kampus dimana mereka memahat mimpi-mimpinya.


Hen gimana perasaan kamu kalau memang betul isu yang kita dengar ini memang betul, dan apa tindakan kita selanjutnya.


santai Len, kebenaran pasti akan menang, dan tidak selamanya kekuatan dan pengaruh itu selalu dimenangkan.


Tapi kalau memang itu betul, kita tidak bisa berbuat apa-apa bung, apa kita akan pasrah begitu saja, dengan sesuatu hal yang salah, Anton mencoba mempertegas.


Hendra pun bertanya pada Ben yang sendari tadi hanya terdiam, Ben bagaimana menurutmu dengan masalah yang kita hadapi ini, biasanya kamu yang paling banyak ide dari pada kami...!!


Ben yang dari tadi hanya diam dan menikmati kopinya akhirnya berkomentar...


Begini bung, kita jangan hanya belajar dari yang benar, namun kita juga harus belajar dari kemenangan, karna tidak semua kebenaran itu dimenangkan.


Menurutku, kita mungkin akan dikeluarka dari kampus ini, namun nama kita akan tetap terkurung dalam pikiran-pikiran teman-teman yang lain. Dan akan menghantui para pembuat ketidak adilan ini. Apa pun yang akan terjadi, kita harus siap menerima resiko dari apa yang pernah kita perbuat, kita jangan jadi pecundang yang memohon belas kasihan mereka supaya kita tidak dikeluarkan walau ini akan berdampak pada keluarga kita, akan tetapi, kalau kita memohon kepada mereka supaya kita gak jadi di keluarkan, maka sama artinya kita mendukung kebijakan mereka dan kita selamanya akan dicap sebagai pecundang.


Hen, besok kamu kumpulkan beberapa kawan-kawan di kampus, sebarkan isu kalau kita akan dikeluarkan dari kampus.


Len, tugas kamu menulis selembaran dan sebarkan ke beberapa rekan-rekan organisasi.


Anton, tugas kamu konsulidasi kepada beberapa media cetak supaya nanti mereka meliput kita dihari H. Biar semua orang tahu kalau ada diktator dikamus kita ini.


Kita harus siap dengan segala resiko yang akan kita lakukan ini, tapi kalau kalian masih merasa takut akan akibat yang akan kita terima, mendingan kalian mundur dari sekarang, soalnya ini akan menyangkut masa depan kita semua dan penegakan keadilan dari penguasa yang haus akan kehormatan.


Begitulah Ben menyampaikan orasinya, Hendra, Leno dan Anton pun sepakat seperti apa yang dikatakan Ben.


Apa pun resikonya aku siap Ben kata Hendra, gimana Len...??


Hahahaha, dengar kawan, masa depan itu Tuhan yang menentukan, bukan kampus, jadi apa pun yang akan terjadi sama kita, sebelum lahir aku sudah siap melakukan ini, semangat Leno pun membakar semua pikiran-pikran beberapa aktivis itu.


Betul kata Leno, Tuhanlah penentu masa depan, kalau aku dikeluarkan dari kampus ini, aku akan kembali ke kampung halamanku dan menggarap sawah dan ladang bapakku, siapa tahu nanti aku jadi pengusaha kaya, dan kalau aku sudah punya modal, aku bisa saja mencalonkan diri sebagai DPR RI nanti, dan disanalah kebijakan akan diadilkan, hahahaha, semua pun tertawa mendengar penjelasan Anton.


Azan subuh menyambut pagi dikota metropolitan, Ben pun masih terjaga, sementara rekan-rekannya yang lain entah sudah sampai mana mimpi mereka, dalam pikirannya, Ben yang sendari tadi merenung didepan teras sambil beberapa kali menyeduh kopinya terus berpikir, apakah benar langkah yang akan aku ambil ini. Entahlah, hanya engkau yang tahu Tuhan dengan perjalanan kami ini, semoga saja Engaku ikut campur tangan dalam masalah ini.


Pikirannya kembali melayang ke Desanya, membanyangkan apa yang akan dikataka keluarganya padanya, Tuhan, kali ini jangan pernah kau jauh dariku, Ben segera bergegas menuju kamar mandi dan mengambil air mudhu untuk melaksanakan sholat subuh, disanalah dia mencurahkan semua isi hatinya kepada Tuhan dengan khusuk dia mengeluarkan air mata, air mata kekhawatiran akan nisipnya dan teman-temannya.

KEBEBASAN BUDAYA DAN BERPIKIR

      Wilayah strategis berikutnya yang menjadi sasaran liberalisme adalah budaya dan pola pikir. Mereka telah berhasil menguasai dan mengendalikan wilayah politik. Mereka juga sudah menjadi raja di wilayah ekonomi. Kini mereka juga ingin menjadi penguasa di wilayah budaya.
Maka didirikanlah media-media massa. Koran, majalah, radio, televisi, handphone, dan tidak lupa yang paling berpengaruh ini yaitu internet. Efeknya sunguh luar biasa. Mereka berhasil menciptaka budaya baru dalam kehidupan, yang akarnya menghujam sangat kuat. Sehingga kita menjadi merasa bodoh dan ketinggalan zaman ketika tidak terlibat di dalamnya.

BERSAMBUNG....
Semoga bermanfaat....... 

No comments:

Post a Comment